Selasa, 29 Oktober 2019

IPS BERDUKA


Hampir tiga tahun saya menduduki sekolah menengah atas (SMA) selama itu saya mempelajari karakter dan perilaku teman-teman saya ada yang kalam, cerewet dan sok jagoan. Karakter inilah yang membuat saya terdiam seribu bahasa. Bagaimana tidak, setiap ada teman-teman yang mengganggu ketenangan  saya dalam lingkungan sekolah mereka berlomba- lomba untuk menjadi pagar betis bagi yang mengganggu ketenangan saya.
            Namun ada beberapa teman-teman yang membuat hati saya prihatin dengan sifat-sifat kenakalan remaja diantaranya, merusak fasilitas sekolah, mencoreng nama baik, dan bolos pada jam pelajaran berlangsung. Hal inilah yang membuat saya sedih apa tak lagi siswa-siswi kelas dua belas yang tidak lama lagi lulus. Semua bapak dan ibu guru menasihati mereka namun tak ada respon bagaikan angin yang berlalu atau kata orang, masuk telinga kanan keluar lewat telinga kiri.
            Ketika di akhir pesan wakasek kesiswaan mengunjungi kelas demi kelas, tak ada kata lain yang keluar dari lisannya, “Mana temanmu yang lain kenapa segini ji yang datang?.”
             Di selah-selah pertanyaan tersebut wali kelas saya memberikan penegasan bagi siswa yang tidak mau ikut aturan dalam lingkup sekolah.Walaupun ada penegasan yang sudah di berikan, siswa hanya mengatakan itu hanya sekedar ancaman dan tidak mungkin saya di keluarkan karena saya membayar SPP.
            Namun kata-kata itu tidak berlaku di sekolah yang saya tempati bahkan, kalau ada yang seperti itu diharuskan membayar tunggakannya hingga lunas baru bias pindah sekolah. Selain dari pada itu, bukan hanya bolos yang diperbuat namun mereka juga berteriak-teriak bagaikan kerasukan setan. Ironisnya lagi yaitu teriakan demi teriakan yang jaraknya tidak sampai berapa kilo meter dengan lawan bicaranya, di selah-selah teriakan tersebut biasa di selipkan dengan kata-kata yang tidak sewajarnya di keluarkan.
            Terkadang hati kecil ini bertanya seperti apakah generasi bangsa kita ini kedepan, masih adakah nilai-nilai agama dalam dirinya ataukah mereka sudah dibutakan dengan indahnya dunia?.
            Seorang guru memberikan nasihat kepada siswanya dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya, tuliskan apa yang paling kau takuti saat ini dan tuliskan apa yang paling bosan kau lakukan dalam hidupmu?. Semua siswa ada yang menjawab bosan tinggal di rumah takut dengan orang tua.
            Tetapi bukan itu jawaban yang paling pas menurut seorang guru itu. Jawaban yang paling tepat iyalah, “Yang paling kau takuti iyalah disaat ujian nasional nanti lantas tidak ada nama mu keluar dalam pengumuman kelulusan.
            Jawaban kedua iyalah, “Yang membuatmu bosan sebosan-bosannya adalah berangkat kesekolah setiaphari. Namun itu harus di lakukan dengan secara sabar cepat atau lambat kau akan meninggalkan sekolah ini, kalau bukan sekolah yang meninggalkan engkau, maka kamu akan meninggalkan sekolah ini dengan membawa kertass elembar yang sangat berharga bagi masa depan engkau.”
            Terkadang saya termenung melihat teman-teman saya yang nakal bahkan sudah berjanji pada dirinya tetapi dia selalu melakukan keributan dalam lingkup sekolah sehingga guru dan pihak sekolah mengambil tindakan dengan mengeluarkan siswa yang tidak mau disiplin dengan aturan yang berlaku dalam lingkup sekolah. Kini saya hanya bias melihatmu dari kejauhan dan menangisi ketika mengingat kenangan kita bersama dulu dalam satu sekolah. Di antaranya, diskusi bersama, makan bersama bahkan suka dan duka kita lalui bersama.
            Hanya satu pesan saya buat teman-teman yang sudah tak ada lagi dalam lingkup sekolah, terus jalin silaturrahmi antara kita semua dan jangan cerai-berai jangan ciptakan perrmusuhan antara kita.

Perjuangan dan Doa






Nama saya Firdaus Abdul Rahim lahir pada tahun 1999 di kabupaten Luwu’ timur, saya anak terakhir dari 10 bersaudara, saya terlahir dari kedua pasangan kedua mempelai Abdul Rahim dan Dasi, dari saudara saya yang sepuluh itu saya yang disabilitas netra.
            Tetapi itu tidak menghalangi saya untuk berkarya, di usia saya yang terbilang kanak- kanak orang tua saya tak mengurung saya di Rumah bahkan beliau mengajar saya tentang perihnya kehidupan. Terkadang ketika ayah saya menceritakan pengalamannya pada saat menduduki bangku sekolah hingga perguruan tinggi. Beliau bercerita bahwa, “Di saat saya bersekolah dulu saya tidak di dukung oleh kedua orang tua saya bahkan beliau tak usah kau sekolah, sekolah tidak sekolah kau akan kembali mengembala kambing.
            Namun, ayah saya tidak terpengaruh dengan perkataan kakek saya. Menurut ayah saya, kalau kita sekolah kita mempunyai banyak teman dan pengetahuan yang banyak. Kalimat inilah yang membuat saya untuk tetap konsisten dalam menjalani roda kehidupan.Walaupun saya sebagai seorang tunanetra saya juga ingin menunjukkan kepada bangsa dan Negara bahwa saya juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh semua orang.
            Menurut B.J.Habibie, “Ketika kita melaksanakan suatu problem maka harus konsisten denga napa yang di cita- citakan berlahan tapi pasti”. Kedua kebanggaan saya ini menjadi motifasi atau cambuk bagi saya ketika saya bermalas-malasan. Kini saya di usia yang terbilang remaja kini mencari jati diri dengan banyak berkarya agar dapat menikmati perihnya kehidupan, satu kata buat kedua pahlawan saya yang tercinta ini terima kasih atas ilmu yang kau turunkan kepada anak cucu mu terutama anak generasibangsa, berkati ilmu yang kau turunkan itu maka saya sebagai generasi muda melanjutkan perjuanganmu dalam hal menimbah ilmu setinggi- tingginya agar menjadi anak yang berprestasi bagi bangsa dan Negara.
            Satu prestasi yang paling besar bagi saya adalah mengikuti ajang pecan paralimpik pelajar nasional (PEPARPENAS) di mana waktu itu saya di panggil sebagai pengganti karena salah satu peserta sudah tidak bias lagi disebabkan usianya sudah lewat dari 17 tahun, sebelum berangkat mewakili Sulawesi Selatan saya dan atlet lainnya berlatih di gedung olahraga Sudiang selama 2 minggu, di hari karantina itu saya banyak mendapati pelajaran seperti teknik berlari dan lompat jauh, tak hanya itu, masa-masa karantina itu bagi saya sangat menyenangkan karena kita sesama peserta saling memahami karakter antara peserta lainnya sehingga tak ada yang saling meyakimi.
            Di selah-selah karantina tersebut, kami diberikan waktu satu hari untuk beristirahat memulihkan badan kami yang sudah remuk disamping itu kami bercanda dan tertawa terbahak- bahak merasakan remuknya tubuh ini. Satu yang paling menyakitkan bagi kami pada saat karantina   yaitu makan dibatasi, tidur harus cepat tidak boleh minum air es dan tidak boleh makan yang pedas- pedas. Setelah dua hari berjalannya karantina salah satu teman kami tertangkap saat makan lantas pelatih berjalan dan memeriksa makanan para atlet, pelatih pun mengatakan peserta yang makan lombo’(makanan pedas) lari keliling lapangan sebanyak 30 putaran.
            Dengan adanya kasus yang seperti itu semua atlet sadar dan berjanji tidak akan melakukan lagi perbuatan yang sama.
            Dua hari sebelum berangkat ke arena perlombaan semua atlet, pendamping dan pelatih mendapatkan kostum kontingen sebagai pertanda bahwa kita siap tempur di arena pertandingan. Arena kami pada saat itu berlokasi di Pulau Jawa tempatnya di ibukota Negara Indonesia (Jakarta). Sekitar 3 jam sebelum berangkat ke Bandara Sultan Hasanuddin saya dan atlet lainya berkumpul di lokasi karantina untuk pelepasan secara resmi oleh kepala dinas pemuda dan olahraga Sulawesi selatan di dalam sambutan beliau, iya memberikan semangat para atlet dan berharap bias menjadi kebanggaan Sulawesi selatan.
            Selama dalam perjalana nmenuju bandara saya berkenalan dengan sesama atlet dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan ada yang dari Makassar, Pangkep, Bulu’kumba, Selayar dan daerah lain di Sulawesi selatan. Ada pun kendaraan yang kami tumpangi pada saat itu adalah pesawat Garuda Indonesia langsung Makassar-Jakarta yaitu di bandara Sukarno Hatta. Setibanya kami di sana kami mendatangi penginapan yang telah di sedia kan oleh panitia dan langsung mengadakan klasifikasi perlombaan. Perlu saya sampaikan ke semua pembaca bahwa, event ini diadakan 1 kali dalam 2 tahun bagi pelajar yang usianya di bawah 17 tahun. Ada pun provinsi yang membawa  atlet- atlet unggulannya pada saat itu adalah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan, Jakarta dan masih banyak provinsi yang saya tidak sebutkan. Sementara itu proses pelaksanaan klasifikasi di laksanakan di penginapan mulai dari pukul 19.00 hingga pukul 00.00 waktu Indonesia Barat, tak han yaitu cabor yang akan di pertandingkan sebagai berikut, lari 100m, 200m, 400m, lompat jauh, tolak peluru, lempar cakram, tenis meja, renang dan masih banyak cabor lainnya.
            Kegiatan ini berlangsung selama 1 minggu dan di selah- selah kegiatan saya dan para atlet dari berbagai daerah provinsi lainnya saling berkenalan seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang.Waktu terus berputar pada tempat yang sudah di tentukan oleh tuhan yang maha kuasa itu berarti kami tidak lama lagi menikmati indahnya ibu kota Negara ini kami harus kembali ke kampung halaman kami untuk memperlihatkan kepada provinsi kami bahwa kami bukan pengecut dan kami tak mau dikatakan berani dalam kandang. Namun itu berlaku pada saat bertanding sesudah itu kita bersahabat lagi. Sebelum kami meninggalkan tanah ibu kota Negara, saya dan rombongan Sulawesi selatan saling bermaaf-maafan dengan rombongan provinsi lainnya dan berharap semoga kita kedepan bisa bertemu di event yang lain.
            Satu kata buat kita semua usaha tak pernah mengkhianati hasil karena kita juga bisa, tak hanya bermaaf-maafan kami juga saling tukaran topi dan jaket sebagai kenang-kenangan kami dan yang paling terakhir yang kami kunjungi selama di ibukota Negara adalah Masjid Istiklal dan monumen nasional di kedua tempat tersebut kami melihat pemandangan ibukota yang indah yang memiliki banyak gedung- gedung yang tinggi bagaikan pencakar langit.
            Satu kesyukuran bagi saya pribadi yaitu masuknya saya dalam 5 besar walaupun tidak mendapatkan mendali tetapi itu merupakan cambuk atau penyemangat dalam suatu karya dan event, menurut atlet yang sudah berpengalamandalam dunia keolahragaan menuturkan “Kalah menang itu soal biasa yang penting jangan ada dendam diantara kita”.
Firdaus Abdul Rahim (Penulis)

Rabu, 09 Oktober 2019

Tanpa Kalian Saya Tak Tertolong


Di hari Sabtu yang lalu, kakak-kakak Tusiwork melanjutkan pertemuan literasi. Pertemuan kali ini merupakan pertemuan ke  lima.  Sesuai dengan tugas yang diamanahkan pada peserta literasi yang lalu adalah menuliskan apa yang menjadi inspirasi dalam kehidupan masing- masing peserta, nah kali ini saya akan menuliskan apa yang membuat saya menjadi terinspirasi mengikuti proses belajar mengajar di kelas tusiwork setiap seminggu sekali.
            Di tahun 2018 yang lalu tusiwork mengadakan kegiatan kepenulisan yang bertempat di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia yang manakalah itu tusiwork bekerja sama dengan DPD PERTUNI Sulawesi Selatan. Dari situlah mulai tumbuh ketertarikan saya dengan dunia literasi, sebelum memulai materi semua peserta ditanya, “apa hobimu dan apa alasanmu mau mengikuti kelas literasi ini?”. Tanpa berpikir panjang saya mengungkapkan alasan saya secara khidmat.
            Alasan saya kala itu karena saya terinspirasi dengan orang-orang yang menulis di media cetak maupun di media online. Itulah yang membuat saya terinspirasi melakukan karya melalui tulisan.
            Di dalam dunia kepenulisan itu sendiri sangatlah aneh, tapi mengapa seperti demikian? Karena orang-orang yang terjun dalam dunia tersebut adalah orang yang tingkat khayalannya di atas rata-rata.
            Mari kita cermati bersama mengapa seseorang yang menggeluti dunia literasi tingkat khayalannya bisa seperti itu? Karena dia selalu memikirkan apa yang terlintas dalam pikirannya untuk dituangkan dalam kertas putih.
            Tak hanya itu, yang membuat saya juga terinspirasi adalah kegiatan kepemudaan yang mana kala itu sebelum mengikuti kegiatan tersebut semua peserta diwajibkan untuk menulis essay sebanyak 800 kata yang bertema sosial. Tulisan saya diterima dan saya berhak untuk mengikuti pelatihan tersebut di desa Kambuno Kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba Sulawesi selatan.
            Kegiatan tersebut terlaksana selama 1 minggu. Selama kegiatan, saya dan peserta lainnya diamanahkan untuk  menulis essay lagi untuk keajang nasional.
            Tak hanya sampai disitu pembelajaran yang saya dapatkan tetapi dengan adanya wadah untuk melatih dasar-dasar saya untuk menulis maka saya selalu mendengarkan berita melalui televisi dan media lainnya. Dengan seringnya saya mendengarkan berita maka saya mencoba membuat berita mengenai kegiatan sehari- hari saya.
            Tak hanya di bidang kepenulisan, saya juga terinspirasi dengan  saksi sejarah, yaitu orang-orang yang mengenang dan menceritakan cerita-cerita terdahulu. karena orang yang seperti itu menarik untuk di ajak mengenang tokoh- tokoh terdahulu yang sudah lebih dulu merasakan lika liku kehidupan bernegara. Menurut saksi sejarah yang saya temui pada saat itu, beliau menceritakan kembali pengalamannya bahwa dia tak pernah dilukai oleh musuh karena dia pandai memberi tipu muslihat kepada para lawannya.
            Dari semua hal yang menginspirasi saya, ada satu hal lagi yang membuat saya untuk selalu semangat melakukan aktivitas saya sehari-hari, yaitu dorongan dari pihak keluarga dan teman-teman di sekitar saya. Mereka selalu menyemangati saya dalam sulitnya memikirkan roda kehidupan. mereka selalu memotivasi saya apabila saya sedang dilanda suatu masalah. Menurut ajaran orang tua kita dahulu bahwa, “Wahai anakku jika kelak nanti kamu sudah besar dan tahu perilaku baik dan buruk maka kamu jangan sekali-kali menginjak-injak harkat dan martabat kita didalam keluarga kecil kita ini.”
            Inilah yang menjadi pegangan bagi saya jika saya ada di tanah kelahiran orang lain. Satu kata buat mereka yang hadir dalam kehidupan saya. Terimakasih kalian sudah memberikan saya motivasi, tanpa kalian saya tidak tau merasakan yang namanya kerasnya kehidupan.

Pandemi Tak Kunjung Usai, Keluarga Cemas Karena Tak Ada Yang Mudik

Selama kura n g lebih setahun P andemi merajai dunia maka aktifitas manusia sangat dibatasi, semua kegiatan diatur melalui jaringan internet...