Hampir tiga tahun saya menduduki
sekolah menengah atas (SMA) selama itu saya mempelajari karakter dan perilaku teman-teman
saya ada yang kalam, cerewet dan sok jagoan. Karakter inilah yang membuat saya terdiam
seribu bahasa. Bagaimana tidak, setiap ada teman-teman yang mengganggu ketenangan saya dalam lingkungan sekolah mereka berlomba-
lomba untuk menjadi pagar betis bagi yang mengganggu ketenangan saya.
Namun ada beberapa teman-teman yang membuat hati saya prihatin
dengan sifat-sifat kenakalan remaja diantaranya, merusak fasilitas sekolah,
mencoreng nama baik, dan bolos pada jam pelajaran berlangsung. Hal inilah yang
membuat saya sedih apa tak lagi siswa-siswi kelas dua belas yang tidak lama
lagi lulus. Semua bapak dan ibu guru menasihati mereka namun tak ada respon bagaikan
angin yang berlalu atau kata orang, masuk telinga kanan keluar lewat telinga kiri.
Ketika di akhir pesan wakasek kesiswaan mengunjungi kelas
demi kelas, tak ada kata lain yang keluar dari lisannya, “Mana temanmu yang
lain kenapa segini ji yang datang?.”
Di selah-selah pertanyaan
tersebut wali kelas saya memberikan penegasan bagi siswa yang tidak mau ikut aturan
dalam lingkup sekolah.Walaupun ada penegasan yang sudah di berikan, siswa hanya
mengatakan itu hanya sekedar ancaman dan tidak mungkin saya di keluarkan karena
saya membayar SPP.
Namun kata-kata itu tidak berlaku di sekolah yang saya tempati
bahkan, kalau ada yang seperti itu diharuskan membayar tunggakannya hingga lunas
baru bias pindah sekolah. Selain dari pada itu, bukan hanya bolos yang
diperbuat namun mereka juga berteriak-teriak bagaikan kerasukan setan. Ironisnya
lagi yaitu teriakan demi teriakan yang jaraknya tidak sampai berapa kilo meter
dengan lawan bicaranya, di selah-selah teriakan tersebut biasa di selipkan
dengan kata-kata yang tidak sewajarnya di keluarkan.
Terkadang hati kecil ini bertanya seperti apakah generasi
bangsa kita ini kedepan, masih adakah nilai-nilai agama dalam dirinya ataukah mereka
sudah dibutakan dengan indahnya dunia?.
Seorang guru memberikan nasihat kepada siswanya dengan memberikan
beberapa pertanyaan diantaranya, tuliskan apa yang paling kau takuti saat ini dan
tuliskan apa yang paling bosan kau lakukan dalam hidupmu?. Semua siswa ada yang
menjawab bosan tinggal di rumah takut dengan orang tua.
Tetapi bukan itu jawaban yang paling pas menurut seorang
guru itu. Jawaban yang paling tepat iyalah, “Yang paling kau takuti iyalah disaat
ujian nasional nanti lantas tidak ada nama mu keluar dalam pengumuman kelulusan.
Jawaban kedua iyalah, “Yang membuatmu bosan sebosan-bosannya
adalah berangkat kesekolah setiaphari. Namun itu harus di lakukan dengan secara
sabar cepat atau lambat kau akan meninggalkan sekolah ini, kalau bukan sekolah
yang meninggalkan engkau, maka kamu akan meninggalkan sekolah ini dengan membawa
kertass elembar yang sangat berharga bagi masa depan engkau.”
Terkadang saya termenung melihat teman-teman saya yang
nakal bahkan sudah berjanji pada dirinya tetapi dia selalu melakukan keributan dalam
lingkup sekolah sehingga guru dan pihak sekolah mengambil tindakan dengan mengeluarkan
siswa yang tidak mau disiplin dengan aturan yang berlaku dalam lingkup sekolah.
Kini saya hanya bias melihatmu dari kejauhan dan menangisi ketika mengingat kenangan
kita bersama dulu dalam satu sekolah. Di antaranya, diskusi bersama, makan bersama
bahkan suka dan duka kita lalui bersama.
Hanya satu pesan saya buat teman-teman yang sudah tak ada
lagi dalam lingkup sekolah, terus jalin silaturrahmi antara kita semua dan jangan
cerai-berai jangan ciptakan perrmusuhan antara kita.