Sabtu, 22 Agustus 2020

Ketua Dai Muda Mengundang Disabilitas Dalam Rangka Walimatul Ursy Izzatul Musyarrifah Bahar (Izzi)

4 Hari yang lalu kami berangkat ke Kabupaten Bulukumba, dalam rangka menghadiri Walimatul Ursy, Izzatul Musyarrifah Bahar (Izzi) yang merupakan Adik Kandung dari Ust. Ikhwan Bahar. Ust. Ikhwan Bahar juga menjabat sebagai ketua Dai Muda Kabupaten Bulukumba, sekaligus pengurus Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia.

Selama dalam perjalanan, kami menikmati Sebotol White Coffee dan Keripik Bucin, yang dibuat langsung oleh tangan-tangan orang Difable, yang sudah teliti dalam hal membuat Keripik tersebut.

Adapun kabupaten yang di lalui untuk sampai ke Bulukumba: Gowa, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng, dan mengambil waktu kurang lebih 4 jam.

Selepas Maghrib kami tiba di kabupaten Bulukumba Kelurahan Caile Kecamatan Ujung Bulu, di rumah salah satu keluarga guru kami, untuk menunaikan Shalat, sambil menikmati Coffee Break.

Selepas itu kami ke Desa Bonto Macinna Kecamatan Gantarang, Silaturahmi dengan Ust. Ikhwan Bahar.

Selama kami di sana: Kurang lebih 1 jam, kami disuguhkan Masakan Tradisional Kabupaten Bulukumba.

Sambil menikmati santapan malam, Pak Subu dan Ust. Ikhwan Bahar memulai diskusi membahas masalah Ummat, utamanya masalah Pendidikan disaat adanya Wabah Covid-19 yang merajalela di dunia saat ini.

Selain dari pada itu: Bulukumba juga terkenal dengan Perahu Phinisi dan Bangunan Masjid Islamic Center Datuk Ditiro. Adapun Kue Khasnya yaitu: Kue Uhu-Uhu adalah Makanan Khas Bulukumba yang wajib kalian coba. Kue Uhu-Uhu sangat cocok untuk disantap bersama keluarga. Karena ini tergolong makanan jenis camilan yang sangat enak jika dikonsumsi bersama-sama.

Esok paginya selepas sarapan kami berangkat ke Kabupaten Sinjai Kecamatan Tellulimpoe, Kelurahan Dg. Mannanti. Dalam perjalanan ke sana, kami singgah di desa Seppang.

Desa itu menjadi kenangan tersendiri buat saya sekitar beberapa tahun silam. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan ke Kabupaten Sinjai, kurang lebih 1 jam perjalanan kami sampai di lokasi.

Selama di lokasi kami disambut dengan Tuan Rumah sambil menikmati menu yang disediakan, sekaligus Shalat dan Istirahat, sebelum balik ke Kabupaten Bulukumba.

Selama perjalanan ke Bulukumba, kami singgah menikmati Wisata Alam di Desa Pattongko, setelah itu kami meneruskan perjalanan ke Kecamatan Herlang (berasal dari 2 kata yaitu: Hero & Lange-lange).

Sesampai di sana kami Shalat, makan dan kembali ke Desa Seppang istrahat. Esok paginya kami sarapan sambil Ngopi bersama Tuan Rumah sekaligus pamit ke Makassar.

Selama di perjalanan, kami singgah di Masjid Jami Nurur Rahmat, Panaikang Kabupaten Bantaeng.

Tak hanya itu: Untuk menikmati perjalanan kami ke Makassar, Wisata kuliner menjadi Objek kami. Mulai dari Ballo' (Tua') Manis hingga Jagung Rebus, yang terletak di Kabupaten Jeneponto dan Takalar.

Inilah perjalanan kami selamat membaca.

@Biccu AR (Penulis)

 


Rabu, 12 Agustus 2020

Untuk Meluaskan Jaringan Literasi FLP Makassar Melantik Ranting Baru di Perguruan Tinggi

19 Juli yang lalu FLP (Forum lingkar pena) Makassar membuat ranting baru di Kampus Politeknik kesehatan Makassar, yang di ketuai oleh Hairunnisa, masa bakti 2020 sampai 2021.

Dengan adanya ranting baru tersebut: maka FLP yang ada di kampus-kampus seperti di UNISMUH, UNM, UMI dan UNHAS bisa berkolaborasi untuk memajukan dunia leterasi, terkhusus di kota daeng ini.

Sementara itu: sejak terbentuknya FLP ranting Poltekkes, Hairunnisa selaku mahasiswi sekaligus ketua FLP ranting poltekkes segera membuat program kerja selama setahun ke depan.

Adapun program untuk setahun kedepan meliputi: Tower, Bincang Literasi dan Bengkel tulisan.

Sementara itu: untuk memulai program setahun kedepan ranting Poltekkes mengundang Ranting UMI, UNISMUH Dan UNHAS di Cafe Inklusif pada, Ahad 9 Agustus dalam rangka memajukan ranting Poltekkes kedepannya.

Sementara itu: Aditya Permana Al-Marusiy mewakili FLP Makassar berharap, "engan terbentuknya ranting ini orang-orang yang ada di dalamnya bisa memajukan FLP Poltekkes.

Sementara itu Hairunnisa lebih lanjut menegaskan: Semoga kita dapat bekerja sama untuk melaksanakan amanah dengan baik dan menjadikan FLP Poltekkes sebagai wadah kepenulisan yang dapat membangun budaya membaca dan menulis bagi generasi muda Indonesia.

By: Biccu AB (Penulis)

 


Jumat, 07 Agustus 2020

Sebesar Apa Engkau Menyayangiku

Namaku Mukhlis lahir di Makassar, pada 25 Januari 1999. Aku bersaudara 10 orang, yang terdiri dari perempuan 4 orang dan laki-laki 6 orang. Sejak aku berusia 3 tahun, ibunda kami menghadap sang ilahi, akibat diabetes. Sejak saat itu aku dan saudaraku hidup tanpa merasakan kasih sayang seorang ibu, kini kami hanya tinggal bersama ayah yang setiap hari sibuk dengan pekerjaannya dan hanya sesekali menanyakan keadaanku lewat kak Kiki. Pernah suatu ketika di tengah teriknya matahari aku menangis tanpa sebab sehingga kak Kiki membawaku keliling rumah agar aku bisa diam, namun usahanya tidak membuahkan hasil dan di situlah kami meneteskan air mata dibelakang rumah bersama. Setelah sebulan ibunda kami menghadap pada sang pencipta, ayah kami menikahi seorang janda 1 anaknya dan dia lebih menyayangi anaknya di banding kami-kami sebagai anak sambungnya, istri kedua ayah kami panggil dia Ummi. Genap usiaku sekitar tujuh tahun Ummiku menyuruhku untuk menjaga rumah. "Mukhlis jaga rumah dulu nak saya mau keluar sebentar". "Iya Ummi jawabku sambil menonton TV".

Beberapa saat kemudian ummi pergi meninggalkanku. Tak lama kemudian Ummi datang dan tiba-tiba pukulan mendarat diwajahku sambil mengomel. "Astaga: “Kau disuruh jaga rumah malah tidur. Apami ini, habismi ikan namakan kucing". Setelah pukulan mendarat di wajahku, aku pun menangis dan terdengar di kalangan tetangga. Setelah sekian lama aku meneteskan air mata, sayup-sayup kudengar ada yang memanggilku dari balik pintu. Mukhlis-Mukhlis kenapa menangis? Kucoba mencari sumber suara itu dan ternyata paman yang mendengar suaraku dari jauh segera membawaku ke rumahnya. Sesampai di rumah pamanku ada tante dan nenek yang melihat bekas pukulan Ummi. Mereka pun serentak memandang ke wajahku dan bertanya: mengapa wajahmu itu terluka? Aku pun menceritakan kepada mereka secara seksama sambil terisak-isak.

Sementara itu nenek mengambil obat sambil berkata: "Bahayanya Ummimu memukul hampirko tidak melihat". Sambil aku bercerita dengan tante, suara ayah memangilku. Mukhlis sini nak! Aku pun segera pamit dari rumahnya paman dan bergegas mengikuti ayah kemana iya pergi. Sesampainya kami di tempat tujuan ayah melihat muka ku dan berkata "kenapa mukamu ini?" Saya pun menceritakan kepadanya, seketika itupun ayah kaget dan mengajak aku ke rumah. Sesampainya kami di rumah, Ayah duduk sejenak menikmati segelas kopi dan memanggil Ummi. "Ummi-Ummi sini dulu! Kenapa di wajahnya Mukhlis ada bekas pukulan?" Ummi pun membuka suara, "minta maafka Abi, tanganya saya mau pukul tapi wajahnya yang kena". Setelah mendengar penjelasan dari Ummi, Ayah sangat marah, seketika itu juga Ummi berjanji tidak akan mengulang lagi perbuatannya.


Cerita fiksi, adapun nama atau lokasi atau tokoh dalam cerita hanya kebetulan saja.
#Cerpen

#Beralih Genre

 

Pandemi Tak Kunjung Usai, Keluarga Cemas Karena Tak Ada Yang Mudik

Selama kura n g lebih setahun P andemi merajai dunia maka aktifitas manusia sangat dibatasi, semua kegiatan diatur melalui jaringan internet...