Sabtu, 11 April 2020

Bantaeng menjadi Saksi Bisu

Rombongan siswa-siswi Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia berangkat ke kabupaten Bantaeng dalam rangka silaturahmi pada Sabtu, 9 Maret 2020 antara orang tua siswa beserta guru SLB yang berlokasi di jalan Kapten Piere Tendean Blok M No. 7 Makassar.
Rombongan ini berangkat menggunakan 4 mobil, selama dalam perjalanan Pak Kandacong sebagai kordinator lapangan menghimbau kepada semua peserta yang berangkat agar berdoa menurut keyakinan masing-masing, selalu berhati-hati dan selalu mengingat kepada sang pencipta.
Tak hanya itu, menurut Untu’ selaku tuan rumah menjelaskan bahwa: “Perjalanan ke Bantaeng menyita waktu kurang lebih 3 jam melewati beberapa kabupaten Gowa, Takalar, Je’neponto.”
Sementara itu, rombongan membuka percakapan agar tidak bosan duduk di atas kendaraan ada yang membahas masalah kampus, ada juga membahas pengalaman sehari-harinya. Sambil menikmati Syair lagu dari Tab mobil, di samping itu air mata tuhan turut mendengarkann percakapan kami.
            Setelah sekian lama kami menelusuri jalan sambil melihat keindahan alam yang telah di ciptakan oleh sang maha kuasa, kami singgah di sebuah mesjid meminta doa kepada Tuhan agar perjalanan kami di ridhoi.
            Oh ya, mesjid yang kami singgahi terletak di kabupaten Je'neponto. Kabupaten ini terkenal dengan hewan peliharaannya yaitu kuda. Hewan ini biasa dipertunjukkan dalam suatu festival daerah. Tak hanya itu kabupaten ini terkenal dengan makanan khas yaitu, Coto Kuda. Kuda juga biasa dipakai untuk membawa jagung, gabah, & lain sebagainya. Bagi anda yang penasaran dengan daging kuda, silahkan mampir ke Je’neponto, sedikit informasi tentang daging ini yaitu, dagingnya lembek & enak dimakan.
            Sesampainya kami di Bantaeng, kecamatan Sinoa desa Bonto mate'ne, Kami di suguhkan jagung sebagai makanan khas daerah setempat. Tak hanya jagung, Bantaeng juga terkenal dengan Lagu daerahnya yang berjudul Coto Bantaeng. Dan di lanjutkan dengan menghibur masyarakat yang ada di sekitar Bonto Mate’ne menggunakan alat musik dari YAPTI.
            Ada pun teman-teman yang memainkan alat musik tersebut yaitu teman-teman yang sudah belajar dan tidak di ragukan ketelitiannya dalam memainkan alat musik.
            “Kegiatan ini diadakan setiap tahun dan menghabiskan anggaran tiga juta setengah, adapun dana yang di gunakan yaitu dana dari sekolah dan yayasan, sedangkan daerah yang sudah di kunjungi meliputi, Bantaeng, Malino, Bulukumba, & Sinjai.” Tutur Pak Subu selaku kepala sekolah.
            Keesokan harinya selepas kopi break, kami menikmati jagung di kebun selama di lokasi kurang lebih 2 jam sambil memetik jagung yang masih terlihat di pohonnya.
            Setelah puas bermain di kebun kami balik ke rumah namun kali ini ada yang menarik karena salah satu teman menantang untuk jalan kaki mulai dari kebun sampai ke rumah. Setelah kami sampai, dan kelelahan berjalan kurang lebih 5 Kilo Meter. Kami sudah disiapkan menu makanan andalan yaitu Baro’bo dan Palekko.
            Oh yah, Baro’bo ini dibuat dari jagung sedangkan Palekko terbuat dari daging bebek. Masakan Palekko ini merupakan makanan khas Kabupaten Sidrap dan sangat pedas.
            Setelah kami menyelesaikan santapan siang pak Subu selaku kepala sekolah mewakili rombongan untuk pamit sekaligus mengucapkan terima kasih kepada pemerintah setempat terkhusus tuan rumah yang mengundang siswa-siswi Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia.
            Sebelum kami meninggalkan Bantaeng, saya berbincang dengan Rustam beliau merupakan saudara kandungnya Untu’. Selama saya berbincang kurang lebih 2 menit membahas sejarah yang telah terukir dalam kebudayaan atau adat istiadat masyarakat kabupaten Bantaeng.
            Rustam menjelaskan bahwa, kampung ini dinamakan Moroa karena ada ilmu gaib yang dipelajari oleh pejuang bangsa kita pada zaman dulu. Menurut cerita sebahagian orang, di sekitar Bantaeng ini ada sebuah lokasi namanya Pattimoroa. Di situ ketika ada hewan yang di ambil di lokasi tersebut untuk di sembelih maka Parang yang digunakan menyembelih hewan tersebut tidak akan berfungsi.
            Sementara itu ilmu gaib yang ada di daerah ini sangat kuat, ketika ada orang yang mau mempelajarinya, tidak akan ada ilmu daerah lain yang bisa menandinginya. Bahkan sampai saat ini masih ada kegiatan yang serupa diadakan setiap tahun sebagai pertunjukan kebudayaan atau adat istiadat kabupaten Bantaeng.
            Setelah puas menggali informasi saya menuju ke mobil rombongan dan segera berangkat ke Makassar. Terima kasih kabupaten Bantaeng engkau telah berbagi cerita kepada kami.
            Oh ya, selama di perjalanan menuju Makassar, mobil yang kami tumpangi mengalami kerusakan di bagian ban. Namun itu merupakan resiko dan kesan bagi kami yang suka menjelajah menuju daerah satu ke daerah lain.
Sampai di sini dulu perjalanan kita, semoga terinspirasi bagi yang membaca tulisan ini.
Bagi pembaca yang setia ikuti terus Blog firdausabdul.blogspot.com.
Dan berikan komen, saran dan ide agar bisa di tuangkan dalam pena.
Penulis: Biccu Abdul Rahim.

Pandemi Tak Kunjung Usai, Keluarga Cemas Karena Tak Ada Yang Mudik

Selama kura n g lebih setahun P andemi merajai dunia maka aktifitas manusia sangat dibatasi, semua kegiatan diatur melalui jaringan internet...