Beberapa minggu yang lalu kami berkunjung ke Kampus Universitas Hasanuddin dalam rangka membuat video pagarnusa. Pagar nusa ini salah satu matakuliah ekstrakurikuler di kampus UIM (Universitas Islam Makassar), yang saat ini kami menimba ilmu di sana.
Selama kami menimba ilmu di kampus tersebut kurang lebih 4 bulan kami dipertemukan dengan matakuliah pagarnusa yang mengharuskan tatap muka secara langsung.
Pertemuan kami yang pertama pada Rabu 16 Desember mempelajari salam pembuka, sebelum memulai proses syuting kami terlebih dahulu berkenalan 1 sama lain.
Sebelumnya itu kami sudah saling mengetahui tetapi hanya lewat zoom namun itu tidak maksimal.
Kita sebagai makhluk sosial sebaiknya mempunyai kedekatan emosional antara satu dengan yang lain.
Namun di musim saat ini kita tidak diperbolekan untuk berkumpul secara lebih banyak.
Hal ini juga yang membuat kami dilema karena sekolah tatap muka belum ditau kejelasanya.
Di sisi lain ada juga yang acu tak acu dengan wabah ini dengan alasan ini hanya penyakit ringan dan belum ditahu bagaimana ciri-cirinya, sehingga sebagian orang mengatakan: "Inikan hanya gejala penyakit biasa seperti demam, flu dan batuk."
Maka dari itu kami dari masyarakat masih mempertanyakan keaslian dari wabah tersebut.
Di penghujung tahun ini hampir semua orang kecewa dengan adanya edaran sekolah online diperpanjang hingga Maret 2021.
Perpanjangan surat edaran ini belum pasti apakah hanya sampai Maret ataukah sepanjang tahun 2021.
Maka dari itu harapan kami sebagai pelajar dan mahasiswa untuk melakukan aktifitas secara tatap muka, terkhusus di sektor pendidikan.
Di masa sekolah online ini semua peserta didik, guru, mahasiswa dan dosen jenuh berhadapan dengan aplikasi, apa tak lagi aplikasi yang tidak akses bagi disabilitas.
Inilah harapan kami sebagai pelajar dan mahasiswa, semoga tulisan ini dapat mewakili mereka yang jenuh belajar online.